Menemukan
tujuan merupakan suatu hal yang paling penting dalam hidup seseorang. Tujuan
yang jelas akan mempengaruhi setiap tindakan kita menjadi lebih terarah dan
termotivasi. Karena pilar utama motivasi menurut psikologi modern adalah tujuan,
selain otonomi dan kemahiran.
Salah
satu cara untuk menemukan tujuan adalah dengan mengajukan pertanyaan pada diri
kita tentang apa yang akan kita kerjakan. Dan pertanyaan yang paling ampuh
untuk menemukan tujuan adalah “Mengapa kita harus … ?”. Pertanyaan ini akan
memunculkan alasan. Semakin kuat alasan yang muncul maka kita akan semakin termotivasi
untuk melakukan sesuatu.
Cara ini
sering kita temui pada anak kecil yang sedang belajar. Mungkin anda pernah
mengalami ketika diberikan pertanyaan oleh anak kecil yang serba ingin tahu?
Ketika anda menjawabnya ditimpali oleh pertanyaan mengapa? mengapa? mengapa?
itu tandanya ia sedang mencari alasan untuk memberikan pembenaran terhadap hal
yang ditanyakannya.
Maka
ketika kita ingin istiqomah dalam ibadah. Temukan dahulu alasan mengapa kita
harus istiqomah dalam ibadah?
Sebenarnya
banyak sekali jawaban terhadap pertanyaan tersebut namun kali ini kami hanya
merangkumnya 5 saja. Apa saja itu?
1. Agar dicintai Allah
Siapa
yang tidak ingin dicintai oleh penciptanya? Semua orang pasti menginginkannya.
Dicintai oleh sang pencipta adalah sebab teraihnya kenikmatan hidup di dunia
maupun di akhirat. Maka beruntunglah bagi kita yang saat ini masih diberi Allah
hidayah sehingga masih ada iman dalam hati walaupun berbeda beda tingkatanya
bagi setiap orang.
Tapi
tunggu sebentar, beriman saja tidak cukup untuk meraih cintaNya. Banyak orang
mengaku cinta padaNya namun di lain waktu melakukan perbuatan yang mengundang
murkaNya. Banyak orang yang mengaku cinta padaNya tetapi tidak melakukan sesuai
apa yang sebenarnya diperintahkan olehNya. Dan yang lebih parahnya lagi banyak
orang yang mengaku cinta padaNya tapi melakukan perbuatan yang dia kira akan mengundang
cintaNya tapi sebenarnya mengundang laknatNya. Naudzubillah
Maka
tidak ada cara lain selain istiqomah pada jalan yang lurus. Namun bagaimana
caranya? yaitu dengan mencontoh orang orang yang sudah pasti dicintai oleh
Allah yaitu rasul SAW dan para salafus shalih
“Maka tetaplah engkau (Muhammad berada di
jalan yang lurus), sebagaimana telah diperintahkan kepadamu…” (QS. Huud :
112)
2. Agar Allah melapangkan rezeki
“Dan sekiranya mereka tetap
berjalan lurus di atas jalan itu (agama Islam), niscaya Kami akan Mencurahkan
kepada mereka air yang cukup.” (QS.
Al-Jin : 16)
Rezeki
adalah suatu yang pasti telah tercatat di lauhul mahfudz. Banyak sedikit semuanya
telah ditakar oleh Allah . Namun banyak orang yang masih saja
mengkhawatirkannya. Takut nanti tidak makan, Takut keluarganya hidup sulit,
takut dihina oleh orang. Ketakutan ketakutan inilah yang membuat mereka mati
matian mengejar rezeki yang mereka kira akan mampu menghilangkan ketakutan
tersebut. Sehingga menghalalkan segala cara untuk memperolehnya.
Padahal
jika kita sadar, Allah adalah yang Maha pemberi rezeki maka ketika seseorang
dekat denganNya mudah bagi Allah melapangkan rezeki seseorang. Dekatnya seorang
hamba dengan Allah tidak mungkin diraih tanpa adanya cinta dariNya pada Allah.
Ketika
dicintai oleh Allah maka Allah akan memenuhi semua kebutuhan kita. Bukan hanya
itu tapi Allah akan menambah rezeki dari jalan usaha kita dan bahkan juga
menambah dari yang tidak kita sangka sangka datangnnya.
“..Barangsiapa bertakwa kepada
Allah niscaya Dia akan Membukakan jalan keluar baginya,
Dan Dia Memberinya rezeki dari
arah yang tidak disangka-sangkanya..”(QS.
At Thalaq : 2 – 3 )
Benar
Allah Maha menepati janji? Maka ketika Allah telah berjanji tidak mungkin
bagiNya untuk menginkari. Maka janji ini sebenarnya sudah cukup bagi kita untuk
beriman padaNya. Jika yang tidak beriman saja dicukupkan rezekinya apalagi yang
beriman.
“Dan sesungguhnya Dia-lah yang Memberikan
kekayaan dan kecukupan.” (QS. An-Najm : 48)
Allah
tidak menyebutkan kemiskinan. Dalam arti kata kekurangan dalam rezeki. Namun
Allah menyebutkan kecukupan. Bayangkan jika orang gila saja yang tidak punya
akal mampu hidup Karena Allah mencukupkan rezekinya. Maka jika kita sebagai
orang yang masih diberikan akal sehat oleh Allah selalu merasa kekurangan
rezeki. Mungkin harus segera direhabilitasi di RSJ.
3. Agar memperoleh faidah dalam setiap amalan
Setiap
amalan yang diperintahkan Allah melalui RasulNya pasti memiliki faedahnya
masing masing. Karena Allah tidak mungkin memerintahkan sesuatu sia sia. Adapun
yang diperintahkan Allah yang kita anggap sia sia sebenarnya itu menunjukan
betapa bodohnya kita di hadapanNya, betapa bergantungnya kita akan ilmu yang
dianugerahkan Allah pada kita.
Banyak
sekali amalan yang diperintahkan tidak lah mungkin kita akan mampu menjalankan
semuanya. Namun karena Maha baiknya Allah, Dia memerintahkan kita beramal
semampu kita.
“Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut
kesanggupanmu…”(QS. At-Thagabun : 16)
Maka
ketika diri ini tidak mampu mengerjakan semua, lakukan yang menjadi kewajiban
terlebih dahulu kemudian lakukan amalan yang mampu memenuhi kebutuhan kita saat
ini. Contohnya ketika rezeki sedang seret, ketuk pintu rezeki dengan shadaqah.
ketika diri sulit menghindari maksiat, tahan hawa nafsu dengan puasa. ketika
hidup terasa sulit, panjatkan doa pada Allah di sepertiga malam terakhir dan
lain lain.
Namun semua
itu tidak mungkin anda dapatkan kecuali dengan istiqomah menjalankannya.
Bayangkan saja ketika anda mempunyai pembantu yang diamanahi untuk menjaga
suatu rumah yang akan anda beri upah jika dia menyapu dan mengepel halaman
rumah tersebut dengan benar. Tetapi dia melakukannya hanya beberapa hari
pertama kemudian hari selanjutnya dia membiarkannya. Apakah anda akan ridho
memberinya upah?
Begitulah
sedikit gambarannya terlebih lagi jika hubungan tersebut berhubungan antara
hamba dengan yang Maha pengasih. Namun ketika anda telah melakukan suatu amalan
secara istiqomah tapi tak kunjung memperoleh faidah tersebut cek kembali niat
anda, cek kembali benar tidaknya anda melakukannya dan cek kembali kepasrahan
anda pada Nya. Jangan putus dari rahmat Allah dan janganlah menginginkan
tergesa gesa meminta pengabulan doa.
“Doa seorang
hamba akan senantiasa dikabulkan, selama dia berdo’a bukan untuk keburukan atau
memutus tali silaturahim dan selama dia tidak tergesa-gesa dalam berdo’a.
Kemudian seseorang bertanya, ‘Ya Rasulallah, apa yang dimaksud tergesa-gesa
dalam berdo’a ?’. Kemudian Rasulullah menjawab, yaitu seseorang yang berkata,
‘Sungguh aku telah berdo’a dan berdo’a, namun tak juga aku melihat do’aku
dikabulkan’, lalu dia merasa jenuh dan meninggalkan do’a tersebut”. (HR
Muslim)
4. Agar tidak merasa sedih dan takut
“Perbanyaklah
mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian”. [HR Ibnu Majah, no. 4.258;
Tirmidzi; Nasai; Ahmad].
Batas akhir
dari perjalanan kita di dunia adalah kematian. Saat itu tidak ada lagi
kenikmatan dunia yang akan anda rasakan.
Yang ada hanyalah pembalasan atas apa yang telah anda lakukan selama didunia.
Siapa
yang tidak merasa sedih kehilangan semua orang yang anda cintai, kehilangan harta
yang selama ini anda kumpulkan, kehilangan jabatan yang anda raih selama di
dunia. Semuanya lenyap seketika saat itu. Yang anda hadapi adalah pertanyaan
kubur dari malaikat penjaga kubur.
Barangsiapa
tidak mampu menjawabnya maka diperlihatkan lah neraka yang akan dia tempati
kelak pada hari kiamat namun bagi mereka yang mampu menjawabnya diperlihatkan
lah surga dengan segala kenikmatannya. Maka saat itulah bagi orang yang selalu
istiqomah taat di jalan Allah sampai akhir hayatnya lenyap kesedihannya dan
tidak akan merasa takut ketika hari kiamat terjadi.
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata,
“Tuhan kami adalah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka
malaikat-malaikat akan turun kepada mereka (dengan berkata), “Janganlah kamu
merasa takut dan janganlah kamu bersedih hati; dan bergembiralah kamu dengan
(memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”
(QS.
Fushillat : 30 )
5. Agar masuk surga
Surga
adalah salah satu nikmat yang dinanti oleh para hamba Allah. Di dalamnya terdapat
semua kenikmatan yang belum pernah dilihat pandangan mata, belum pernah
didengar oleh telinga dan belum pernah dirasakan oleh hati sekalipun. Dan jika
kita mampu memasukinya semuanya akan teraih tanpa batasan waktu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ia berkata, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sediakan bagi hamba-Ku
yang shalih berbagai kenikmatan yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak
pernah didengar oleh telinga dan tidak pernah terbetik dalam benak manusia.
Kalau kalian mau, bacalah, ‘Tak
seorang pun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang
sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan.’ (QS. As-Sajdah: 17)
Namun untuk memasukinya Allah menyediakan banyak pintu bagi mereka yang ingin memasukinya.
Namun untuk memasukinya Allah menyediakan banyak pintu bagi mereka yang ingin memasukinya.
“Barangsiapa
yang berinfak dengan sepasang hartanya di jalan Allah maka ia akan dipanggil
dari pintu-pintu surga, ‘Hai hamba Allah, inilah kebaikan.’ Maka orang yang
termasuk golongan ahli shalat maka ia akan dipanggil dari pintu shalat. Orang
yang termasuk golongan ahli jihad akan dipanggil dari pintu jihad. Orang yang
termasuk golongan ahli puasa akan dipanggil dari pintu Ar-Rayyan. Dan orang
yang termasuk golongan ahli sedekah akan dipanggil dari pintu sedekah.”
Ketika mendengar hadits ini Abu Bakar pun bertanya, “Ayah dan
ibuku sebagai penebus Anda wahai Rasulullah, kesulitan apa lagi yang perlu
dikhawatirkan oleh orang yang dipanggil dari pintu-pintu itu. Mungkinkah ada orang
yang dipanggil dari semua pintu tersebut?”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab,
“Iya ada. Dan aku berharap kamu termasuk golongan mereka.” (HR. Bukhari no.
1897, 3666 dan Muslim no. 1027)
Inilah
mulianya sahabat Abu bakar ash shidiq dengan tingkat keyakinannya beribadah dan
keistiqomahnnya dalam ibadah sehingga semua pintu memanggilnya. Semoga kita
diberi hidayah untuk selalu mencontoh keistiqomahan beliau dalam ibadah.
Itulah
sekilas tentang 5 Alasan mengapa kita harus istiqomah dalam ibadah.
Wallahu
a’lam bis showwab
Posting Komentar